Tingkat penyusutan gletser-gletser saat ini mencetak rekor paling buruk dan dikhawatirkan banyak gletser yang akan menghilang dalam waktu beberapa dekade, ungkap Program Lingkungan PBB (UNEP), Minggu (16/3).
Para ilmuwan yang meneliti kondisi hampir 30 gletser di seluruh dunia menemukan bahwa tingkat mencairnya es mencapai rekor paling buruk pada 2006, sebut badan PBB tersebut.
UNEP memperingatkan, jika es terus mencair dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak dramatis khususnya di India, sebab banyak sungai-sungai di sana disokong oleh gletser Himalaya.
Pesisir barat Amerika Utara yang sebagian besar pasokan airnya berasal dari gletser-gletser di kawasan pegunungan seperti pegunungan Rocky dan Sierra Nevada juga terpengaruh.
“Banyak masalah yang muncul akibat perubahan iklim,” ungkap direktur eksekutif UNEP Achim Steiner dalam sebuah pernyataan. “Gletser mungkin menjadi salah satu masalah yang paling mengkhawatirkan dan penting untuk diperhatikan.”
Ia mendesak komunitas internasional untuk memperketat sasaran pengurangan emisi di sebuah pertemuan internasional tahun depan di ibukota Denmark, Copenhagen.
Menurut data terakhir, rata-rata gletser menyusut hingga 4,9 kaki pada 2006.
Penyusutan paling parah terjadi di gletser Breidalblikkbrea, Norwegia, yang menyusut 10,2 kaki. Sementara gletser Echaurren Norte di Chili menjadi satu-satunya gletser yang bertambah tebal.
“Data tersebut merupakan bagian dari suatu tren yang tampaknya tidak akan berakhir dalam waktu dekat ini,” jelas Wilfried Haeberli, direktur Dinas Pengawasan Gletser Dunia basis Zurich yang melakukan studi tersebut.
Haeberli memaparkan, gletser-gletser di dunia rata-rata menyusut sekitar satu kaki setiap tahunnya antara 1980 hingga 1999. Namun sejak pergantian milenium tingkat penyusutan rata-rata meningkat hingga sekitar 20 inchi.
www.harian-global.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar